Pasang Iklan Gratis

Fenomena Rojali di Bandung, SPG Trans Studio Mall: Kadang Mereka Tuh Banyak Banget

 Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) akhir-akhir mencuat di industri retail Indonesia. Tren ini merujuk pada perilaku sekelompok orang yang datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk melihat-lihat, mencoba barang, bertanya-tanya, berfoto, namun berujung tanpa melakukan transaksi pembelian.

Wulan, sales promotion girl (SPG) toko hijab di TSM mengaku cukup kesal dengan tingkah pengunjung seperti itu. “Kadang suka bikin kesel juga ya. Apalagi kalau dari pagi belum ada yang beli, terus datang rombongan kayak gitu. Cuma megang-megang barang, nanya-nanya, terus ujungnya pergi gitu saja. Kadang cuma ikut foto-foto saja,” ungkap Wulan saat ditemui Republika

Suasana Trans Studio Mall Bandung, Ahad (27/7/2025). - (Republika/mg160)

Menurut penuturan Wulan, pengunjung 'Rojali' memasuki toko hanya untuk kebutuhan media sosial semata. “Seakan-akan mereka itu kayak masuk ke mal, tapi nggak belanja sih. Cuma pengin update di story-nya gitu,” tambahnya.

Wulan berharap adanya kesadaran dari pengunjung untuk tetap mendukung keberlangsungan penjualanan. “Seenggaknya dari lima orang yang datang, satu orang beli. Meskipun cuma aksesoris murah. Itu sudah cukup buat kita bisa closing,” harapnya.

Audry, SPG toko pakaian di TSM juga menyebutkan keluhan yang sama. Menurutnya, kehadiran 'Rojali' yang datang berombongan bisa mengganggu kenyamanan pengunjung lain yang berniat serius untuk berbelanja. “Kadang mereka tuh banyak banget. Lihat, pergi, lihat, pergi. Yang benar-benar niat beli jadi terganggu karena toko penuh sama rombongan itu. Jujur merugikan sih,” keluhnya.  

Audry, SPG Toko Pakaian di Trans Studio Mall Bandung. - (Republika/mg160)

Namun di sisi lain, pengunjung seperti Celcia Gustina Maharani, membela perilaku 'Rojali'. Ia menilai jalan-jalan ke mal tanpa membeli bukan hal yang salah, dan bahkan bisa menjadi bentuk hiburan tersendiri.

“Menurut aku gak apa-apa banget karena setiap orang kan pasti punya hiburannya sendiri-sendiri. Terus mungkin orang yang datang ke mal itu juga gak semuanya mau beli barang-barang. Pasti mereka juga dengan lihat-lihat saja tuh juga sudah terhibur gitu. Karena dari stresnya dunia mereka sendiri yang di rumah, kalau keluar kan mereka juga bisa lihat dunia luar tuh kayak gimana sih, dan mungkin dari segi ekonomi orang berbeda-beda,” kata Celcia.

Badan Pusat Statistik (BPS) memandang fenomena 'rojali' atau rombongan jarang beli belum tentu mencerminkan kondisi kemiskinan. Meski demikian, fenomena ini tetap penting dicermati, apakah hanya gejala sosial atau disebabkan tekanan ekonomi.

“Bisa jadi untuk refresh, atau ada tekanan ekonomi, terutama pada kelas yang rentan, sehingga mereka akan ‘rojali’ di mal dan lain sebagainya,” kata Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, di Jakarta, Jumat (25/7/2025).

Mengacu pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2025, Ateng mencatat kelompok atas mulai menahan laju konsumsinya. Namun, perubahan ini tidak serta-merta berdampak pada angka kemiskinan karena hanya mencakup segmen tertentu.

Menurut dia, fenomena 'rojali' bisa menjadi sinyal penting bagi pembuat kebijakan untuk tidak hanya fokus pada penurunan kemiskinan ekstrem, tetapi juga pada perlindungan daya beli dan stabilitas ekonomi rumah tangga di kelas menengah bawah.

“Perlu diamati, apakah yang mengalami fenomena ‘rojali’ hanya pada kelas atas, menengah, rentan, atau bahkan kelompok miskin. Kami belum sampai survei ke arah ‘rojali’. Survei kami hanya berbasis sampel rumah tangga di Susenas,” ujar Ateng.



0 Response to "Fenomena Rojali di Bandung, SPG Trans Studio Mall: Kadang Mereka Tuh Banyak Banget"

Posting Komentar